Followers

Selasa, 23 Februari 2010

Keajaiban Diri part 2

Jadi kesimpulan dari posting saya sebelumnya adalah, bahwa jangan pernah menyerah meskipun jalan terang yang sesungguhnya baru datang padamu di akhir perjuangan. Saya percaya bahwa Allah tidak pernah tidur, Dia pasti mendengar semua doa hambaNya. Dia pasti mengabulkan doamu walaupun dalam jalan yang bukan engkau harapkan.

Tapi sebenarnya itu adalah yang terbaik untukmu. Jika kamu mau berusaha lebih keras lagi, pasti akan lebih worth it.

jadi, JANGAN PERNAH MENYERAH apapun situasimu!

Keajaiban Diri part 1

Assalamualaikum wr wb teman-teman yang dicintai Allah swt sekalian,
pada hari ini, tanggal ini, saya ngepost lagi. Mungkin bukan suatu yg penting sih, cuma saya lg seneng nulis :))

Kali ini, saya ingin ngomongin tentang keajaiban diri.
Sebenernya apa sih kelebihan kamu? Apakah kamu tahu kal
au di dalam dirimu itu terdapat banyak kelebihan? Di sini saya cuma mau sharing aja. Soalnya kadang-kadang saya pun merasa kalau saya tidak berbakat dalam hal apa pun (bahkan sampai sekarang ini).

Sejauh sejarah hidup saya sih, di lingkungan rumah, saya dikenal sebagai anak yang 'datar' dalam artian saya adalah anak yang baik-baik saja. Saya pikir semua orang di lingkungan rumah saya tahu kalau ke depannya saya akan menjadi apa. Ya itu tadi, anak yang baik-baik saja (masa depan cerah) amin. Karena di luar itu, kebetulan (alhamdulillah) tebakan mereka itu benar. Selama saya bersekolah, alhamdulillah saya selalu masuk di sekolah ternama di kota saya, Depok. Sampai puncaknya adalah saat sekarang saya kuliah di kampus ternama di Indonesia urutan pertama. Saya pun tidak tahu kalau orang-orang di lingkungan rumah saya ada (beberapa) yg menjadikan saya panutan (dalam berprestasi). Hehe bukannya ge er, cuma ngerasa aneh aja karena saya pikir saya tidak punya kelebihan apa-apa dibanding 'mereka' yg terkadang dilihat orang-orang sebagai 'anak yang biasa-biasa saja'. Di sekolah pun sebenernya saya adalah anak yang biasa-biasa saja. Bahkan cenderung bodoh. karena sialnya saya masuk kelas unggulan yg seluruh anak-anaknya pintar semua.

Pertama kali saya masuk ke kelas itu sungguh saya merasa minder seminder mindernya! (di sekolah, saya dikenal sebagai anak yang memiliki kemampuan akademis yang biasa-biasa saja).
Lalu pada awalnya saya merasa pasrah, saya berpikir apapun usaha saya, bagaimanapun saya mengubah cara belajar saya, saya tidak akan pernah menang melawan 'mereka'. Kelas 2 SMA itu saya habiskan dengan bermain saja. Belajar pun sedikit. Mengerjakan PR di sekolah. Tanpa sadar saya terintimidasi oleh pikiran saya sendiri. Saya menyerah kalah sebelum bertanding.
Saya memikirkan itu dalam-dalam, pikiran saya jauh ke depan. Saya harus berpikir jauh ke depan meskipun masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan untuk bermain-main. Pada akhirnya saya sampai pada suatu keputusan saya: SAYA TIDAK AKAN MENYERAH!!

Saya pun memanggil guru privat khusus matematika dan kimia (horor). Saya berusaha untuk mengerti dan belajar giat untuk memahami kedua pelajaran ini. Pada masa-masa yang 'berat' itulah saya akhirnya menyukai pelajaran kimia, karena saya menganggap bahwa kimia lebih menyenangkan dibanding matematika.

Kesadaran itu terus berlanjut sampai saya kelas 3. Beruntung saya memiliki orang tua yang perhatian yang mampu membimbing saya meraih masa depan cerah. Meskipun pada akhirnya saya di 'paksa' untuk masuk PTN unggulan di kota Depok. Saya terima tantangan itu. (soalnya waktu itu mama bilang kalau saya nggak bisa masuk UI saya harus putus sama pacar saya pada waktu itu. Hihi)

Saya dibimbing dari mulai memilih bimbel yang berkualitas, sampai mengantar saya kemana-mana saat saya ada ujian masuk universitas negeri. Saat belajar di bimbel, saya rela menginap di situ untuk belajar (walaupun pada akhirnya tengah malam ketiduran).

Oh ya, pada saat itu saya bersikukuh untuk tidak melenceng dari jurusan saya, ipa. Saya sangat berniat untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi UI. Karena saya pikir profesi itu sangat menyenangkan, karena tidak perlu membedah perut orang lain. Selain itu, saya bisa mengambil spesialisasi kedokteran gigi bidang kecantikan :))
Tapi impian itu kandas di tengah jalan. Saya tidak punya keberanian masuk fakultas yang sangat diidam idamkan oleh banyak pelajar itu. Saya merasa saya tidak pintar pelajaran IPA kecuali kimia. Saya tidak sanggup untuk menghafal biologi, saya tidak bisa menghitung matematika ipa, saya tidak bisa mengerjakan soal-soal fisika sekalipun itu gampang.

Akhirnya saya putuskan untuk mengambil jurusan Teknik Lingkungan UI sebagai pilihan pertama. Namun lagi-lagi saya merasa saya tidak mungkin bisa kuliah di jurusan itu. Sekali lagi, karena saya tidak bisa pelajaran matematika, biologi, dan fisika. SAYA MENYERAH di jurusan IPA kawan. Akhirnya saya berkonsentrasi pada pilihan ke-3 saya, Sastra Perancis, meskipun Ayah saya tidak senang kalau saya mengambil jurusan itu. Di saat -saat kritis menjelang ujian masuk UI, saya baru sadar kalau saya lebih menyukai pelajaran sosial daripada eksak. Tuhan...

Tapi Allah tidak tidur, Ia mendengar doaku. Aku akhirnya berhasil masuk UI meskipun bukan di fakultas yang aku impikan. Bahkan aku tidak pernah membayangkan akan masuk fakultas ini.
Mama, ialah orang yang berperan dalam berhasilnya aku masuk ke kampus impian itu. Jurusan yang aku diterima adalah pilihan mama. Saya tidak mengerti sama sekali apa itu jurusan perpajakan. Pilihan mama tidak pernah salah. Ternyata banyak orang yang berhasil di jurusan ini. Mulai saat itu saya berniat dan bertekad tidak akan mengecewakan mama. Meskipun nanti bukan gelar strata yang aku peroleh, aku berjanji akan membuatmu bangga suatu hari