Followers

Jumat, 30 Juli 2010

Biarlah Aku Memelukmu Lagi (part 2)

Aku terlalu sibuk untuk sekedar memeluknya. Dia yang selalu memelukku. Aku tak pernah membalas pelukannya karena aku pikir rasa cintaku kepadanya saja sudah cukup lebih dan tak perlu dibahasakan dengan suatu pelukan sayang sekalipun.

Pikiranku menerawang jauh...

Pagi itu, seperti biasa, aku bersiap-siap untuk bekerja. Istriku pun sudah menyiapkan sarapan untukku.

Selesai sarapan aku langsung berjalan menuju halte bus. Halte itu terletak di seberang jalan yang mengharuskan aku menyeberang jalan terlebih dahulu. Saat lampu merah menyala, aku berjalan menyeberangi jalan. Tiba-tiba tanganku ditarik. Aku menoleh ke belakang. Betapa kagetnya aku, ternyata istriku yang menarik tanganku. Kami terdiam di tengah jalan itu. Aku memandangnya dengan heran.

“Peluklah aku.” Kata istriku memecah pandanganku. Aku masih diam.

“Peluklah aku!” suara istriku semakin meninggi.

Aku melihat sekelilingku, semua orang memandang kamu dengan tatapan heran, sinis, dan takjub. Mungkin mereka merasa aneh dengan keberadaan kami berdua di tengah jalan yang terdiam saling pandang. Mirip adegan sinetron.

Aku memandang mata istriku. Begitu lamanya kah aku tidak pernah memeluknya sehingga aku harus memeluknya di tengah jalan seperti ini?

Aku memeluk istriku.

Aku peluk dia dengan cepat agar tak ada lagi yang memerhatikan kami dan menganggap kami adalah pasangan gila yang berpelukan di tengah jalan.

Lampu kuning.

Lampu hijau pun menyala.

“Tin... tin...” suara klakson mobil berbunyi mengisyaratkan agar kami segera minggir dari tengah jalan itu. Aku cepat-cepat menyeberang. Istriku tertinggal di belakang. Saat telah sampai di seberang, aku menengok ke belakang. Ada bus melaju dengan kecepatan tinggi menuju arah istriku yang masih kesusahan menyeberang jalan. Melihat situasi itu aku berlari berbalik arah menuju istriku menembus jalanan ramai itu dan menarik istriku.

“BRAK...!”

Hitam. Semua pandanganku berubah jadi hitam. Aku merasa lelah dan lemah sekali. Aku pun tertidur sampai hari ini.

Aku membuka mataku, kini aku ingat aku ini apa. Aku yang sekarang adalah roh. Nyawa diriku sendiri yang keluar dari badanku dan tak bisa mausk lagi ke badanku sendiri.

“AAAAAAAAAAAAA....!!!!” aku berteriak kencang sekali meluapkan kesedihanku. Aku menagis terisak tak karuan. Aku ingin kembali ke tubuhku Tuhan, aku belum ingin dan belum siap mati, Tuhan. Aku mohon kembalikan aku ke dalam tubuhku. Aku ingin bangun dan memperbaiki kesalahanku dengan istriku. Aku sangat mencintainya Tuhan. Aku masih ingin memeluk dia. Aku akan memeluk dia, menganggap ia adalah nyawaku...

Tiba-tiba badanku yang terbaring di atas kasur bersinar. Aku kaget melihat tubuhku mengeluarkan sinar putih. Aku berjalan mendekati tubuhku. Aku memegang tanganku. Ajaib, terasa hangat. Aku tersenyum. Lalu aku berbaring di atas tubuhku. Berhasil! Aku berhasil masuk ke dalam tubuhku lagi.

Aku membuka mataku. Kulihat wajah istriku di depan wajahku. Ia tersenyum dan menangis. Ia menangis lagi. Aku memeluknya dengan erat. Aku tak mau melepas pelukanku. Aku takut tak bisa memeluknya lagi. Aku takut tak akan bisa merasakan hangat pelukannya lagi.

Terimakasih Tuhan...
Aku akan memeluknya sampai aku menutup mataku untuk selamanya...

Tamat

Tidak ada komentar: