Followers

Minggu, 25 Juli 2010

Dia (Part 1)


“Pagi mbak…!” sapaku ramah.
“Pagi mas!” balasnya sambil tersenyum.
“ Biasa nih mau ngantor?” tanyaku memastikan.
“Iya nih, biasa lah..Kerjaan udah numpuk. Hehe…” jawabnya sambil tersenyum.

Percakapan pendek pagi tadi masih terkenang sampai sekarang, padahal percakapan itu terjadi hampir 5 jam yang lalu. Aku menghela nafas lalu berkata dalam hati betapa anehnya perasaan ini. Sesuatu yang sangat tidak biasa untuk hatiku juga untuk hidupku yang kecil.

“Woi! Bengong aja lo Dan!!” suara Andri, sahabatku memecah kesunyian.
“Eh iya, sori bgt! Jadi kita mau makan??”
“Boleh! Padang aja ya?? Duit gue tinggal 20 ribu buat hari ini.” Andri mengusulkan.
“Ayo dah..Lagian juga deket kok! Biar ga telat balik ke kantor.”

Sepanjang perjalanan kami kembali ke kantor, pikiranku mulai berkelana lagi kembali kala pertama aku bertemu dengan wanita itu. Pagi itu hanyalah pagi biasa, aku datang ke kantor pukul 6.30 dan langsung bergegas mengambil peralatan untuk kerja dan mulai mengecek satu per satu ruangan di lantai dua.

“Tok tok tok…permisi... Room service.”
“Iya silahkan. Buka aja, ga dikunci kok!” sahut suara wanita dari dalam kamar 206.

Akupun masuk dan mulai membereskan ruangan tersebut. Betapa aku bersyukur karena datang lebih pagi hari itu, karena aku tak akan mungkin melihat wanita itu jika aku terlambat 15 menit saja. Benar – benar pemandangan indah melihat wanita itu dengan serius dan sigapnya berkemas. Rambutnya yang tergerai hitam, wajahnya yang bulat dangan lesung pipi yang menambah manis wajahnya benar – membuat aku bersyukur pagi itu.

“Sudah mau check out, mbak?” tanyaku berusaha memecah kesunyian
“Iya nih, saya buru – buru mau ke kantor” jawabnya sambil berlalu keluar ruangan.

Akupun ikut turun sambil membawakan barang – barang wanita tersebut. Percakapan pagi itu merupakan awal dari percakapan – percakapan berikutnya, termasuk percakapan tadi pagi. Kami kembali berpapasan tadi pagi ketika seperti biasa, wanita itu check out sekitar pukul 6.30 setelah menghabiskan minggu malamnya di hotel tempatku bekerja.

“Oi..lo bukannya mesti nganterin bunga ya ke 201? ” Andri mengingatkan.
“Oh iya!aduh gue lupa..” aku bergegas ke florist.
“Bengong aja sih lo... Kesambet ntar!” Andri meledek.

Akhirnya, setelah hari yang melelahkan aku kembali ke rumah kontrakanku. Ku lempar tubuh lelahku ke kasur. Masih aku membayangkan pertemuan – pertemuanku dengan wanita yang hingga kini ku tak tau namanya itu.


1 komentar:

matakata mengatakan...

Cerita ini dikarang oleh Harris Kristanto