Followers

Minggu, 25 Juli 2010

Dia (Part 6)

Tiba - tiba HP ku berdering. Kulihat nama TINA tertera di layar HP ku.
"Halo... Iya, Tin. Ada apa?" Aku bertanya heran.
"Gimana itu tamu yang tadi? Lo di RS kan sama dia?" Tanya Tina.
"Iya, ini gu di RS sama dia. Tapi gue belum tau keadaan dia. Dia masih di IGD. Eh, gue minta tolong dong?"
"Apa?" Sahut Tina.
"Lo masih di hotel kan? Coba deh cek data tamu kamar 206 itu. Siapa sih namanya?"
"AH! Jadi selama ini lo gak tau namanya siapa? Gue udah sampai rumah.. Sori gak bisa bantu sekarang, nanti siang deh ya. ok?" Jawab Tina.
"Oke deh!Sekarang NN aja dulu namanya deh. Makasih yaa....."

Tina menutup telepon. Perasaanku tak menentu, ku kembali menghampiri meja administrasi.
"Mbak, saya baru bisa kasih datanya nanti siang. Sekarang nama pasiennya NN aja bisa? Soal jaminan pakai nama saya aja ya? ini KTP saya." Sambil menyerahkan KTP ku.
"Baik, silahkan ditunggu mas."

Di salah satu lorong sepi di rumah sakit itu, aku menunggu. Menunggu dokter menangani dia. Benar - benar hari yang melelahkan sekaligus tidak menyenangkan. Betapa tidak, kehadiran dia yang beberapa bulan kebelakang memberi warna baru dalam hidupku ternyata bisa berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui ku hari ini, mungkin untuk seterusnya. Apakah dia akan baik - baik saja? Siapakah laki - laki yang tega melakukan ini padanya? Siapakah sebenarnya Dia? Semua pertanyaan itu lalu lalang di kepalaku. Namun, tersiarat setitik harapan bahwa dia akan baik - baik saja. Bahwa aku akan punya kesempatan untuk mengenalnya lebih jauh, merawatnya dan akhirnya punya kesempatan untuk menjawab semua pertanyaanku tadi. Di lorong sepi itu pun aku terlelap.

"Ehm.. Permisi Pak!" Suara dokter membangunkanku. Rupanya ia sudah keluar dari UGD.
"Eh, iya Dok! Maaf. Bagaimana keadaan pasiennya, Dok?" Tanyaku khawatir.
"Baik, untungnya tidak ada luka serius. Namun pasien mengalami pendarahn akibat luka di sekujur tubuhnya. Sekarang sudah bisa dipindahkan ke Ruang Perawatan. Namun pasien belum sadar." Dokter menjelaskan.
"Baiklah, Dok! Terima kasih banyak"
"Sama - sama." Dokter itu berlalu.

Aku lega. Syukurlah dia baik - baik saja. Aku bahagia. Karena harapanku semakin dekat untuk menjadi kenyataan. Semakin bisa kulihat jelas. Aku bergegas menuju Ruang Perawatan Dia. Dia baru saja tiba di kamar itu. Masih ada beberapa perawat yang menyiapkan ruangan tersebut

"Maaf Mas, keluarganya?" Tanya salah seorang perawat kepadaku.
"Bukan, tapi saya yang bawa dia kesini. Ada apa Mas?" Tanyaku heran.
"Dokter berpesan, pasien ini tidak boleh dikunjungi dulu karena butuh istirahat total sampai besok pagi." Perawat itu menjelaskan sambil mencegahku masuk.
"Oh, Oke. Saya pulang saja. Terima kasih ya, Mas!"

Meskipun kecewa, aku tetap pulang dengan senyuman.
"Semoga dia cepat siuman." Aku berdoa di dalam hati. Pagi2 buta, aku sampai di kontrakan dan beristirahat.

Sore harinya, aku kembali ke hotel untuk menemui Tina dan menagih janjinya.
"Dan!" Teriak Tina dari balik meja resepsionis.
"Eh! Baru dtg lo Tin?" Aku menghampiri Tina.
"Gak juga sih,udah 1 jam gue disini. Gue dateng cepet karena gue pikir bisa nyari dulu data yang lo minta tadi malam dulu. Tapi..."
"Tapi apa?" Tanyaku penasaran.
"Tapi gue lupa, hari ini server hotel maintenance dan semua database ditutup untuk pengecekan. Persiapan Akhir tahun" Tina menjelaskan.


Bersambung...

Tidak ada komentar: