Followers

Minggu, 25 Juli 2010

Dia (Part 4)

"Dan, ngapain sih? Kok dari tadi tamu favorit lo itu dateng tapi lo malah diem - diem aja gitu???" tanya Andri yg semenjak tadi ternyata memperhatikanku.
"Eh, gak! Ga ada apa - apa! Ke parkiran basement yok! Gue pengen ngerokok nih!"
Kami pun menuju parkiran basement, tempat aku menemukan dia pingsan karena mabuk berat.
"Lo liat gak tadi laki - laki yang sama tamu favorit gue check in??"
"Yang biasa check in di 206 maksud lo dan? Liat gw! Serem ya, itu suami atau body guard ya?? Gede gitu!"
"Justru gue mau tanya sama lo. Kira - kira itu siapa ya?" timpalku.
Kami berdua pun terdiam karena tidak menemukan jawaban atas pertanyaan bersama barusan. Tak terasa waktu berlalu cukup cepat, sudah lebih dari tuga batang rokok yang masing- masing dari kami sudah habiskan. Kami pun kembali ke pantry.

Aku melanjutkan pekerjaanku berusaha mengalihkan pikiran dari pertanyaan siapakah laki - laki yang bersama dia tadi. Memang itu benar - benar bukan urusanku yang bukan siapa - siapa untuk dia. Namun, ada sesuatu yang kulihat dari sikapnya tadi, bahasa tubuhnya yang menunjukkan kesedihan bahkan ketakutan yang membuatku tak bisa lepaskan dia dari pikiranku. Dalam lubuk hati aku hanya bisa berharap esok pagi kami akan berbincang lagi dan aku bisa bertanya kepada dia.

Jam tanganku menunjukkan jam 12 malam dan rokok di kantong celanaku telah habis, aku memutuskan untuk pergi keluar hotel dan membeli sebungkus rokok di warung seberang jalan.
Aku memutuskan untuk menghabiskan dua batang rokok yang kubeli di warung itu karena tak ada pekerjaan menungguku dan Andri pun telah pulang karena besok shift pagi. Dari kejauhan kulihat sesosok pria keluar dari lobby hotel dan menuju kemari.
"Bang, mild satu bungkus!" pria itu berkata dengan nada gugup dan terburu - buru.
"Makasih!" pria itu bergegas pergi.

Aku terkejut ketika aku mengetahui bahwa pria tadi adalah pria yg sama yang datang bersama dia. Karena penasaran aku memutuskan untuk mengikuti pria itu, karena aku merasakan ada yang tidak beres dengan gelagatnya. Ternyata benar, pria itu tidak kembali ke kamar 206 tetapi menuju parkiran dan meninggalkan hotel dengan mobil dia. Aku bergegas ke lobby.

"Tin, itu kamar 206 udah check out?" Tanyaku penasaran pada Tina.
"Sebentar..."
"Belom Dan,emang kenapa??"
"Gak, tanya aja"

Semakin resah hati ini dengan pertanyaan - pertanyaan yang benar - benar membuatku bingung, ada apa sebenarnya antara dia dan pria itu.

Bersambung...

Tidak ada komentar: